Monday 19 April 2010

Anugerah Allah....

saya telah dianugerahkan dengan tiga orang anak lelaki yang sihat dan aktif... setiap hari ada sahaja perkara-perkara baru tentang mereka...sebagai seorang ibu, kasih sayang saya kepada mereka adalah sepenuh jiwa raga..... cuma apa yang hendak saya kongsikan ialah terdetik juga di hati mengapalah saya tidak dianugerahkan anak perempuan.... apabila pergi membeli belah baju anak-anak, melihat baju anak perempuan yang comel-comel geram rasanya....ada masanya terfikir juga jika umur panjang dihari tua nanti tiada anak perempuan yang menguruskan kita....menjaga anak lelaki penuh cabaran rasanya....mereka sangat aktif siang dan malam...siang aktif bermain, malam pula nakal sangat tidurnya...bersilang-silang...langsir saya dibuat tempat bergayut macam tarzan... Alhamdulillah saya ada pembnatu rumah, kalau dak 100 darjah stress saya... perasaan tersebut bermain-main dalam jiwa saya sehinggalah pada satu pagi saya terdengar satu slot motivasi dalam radio pahang dan dalam masa yang sama kawan sekelas saya membentang tajuk "Kisah Permaidani".....

Ada seorang ibu yang memiliki empat orang anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan dan kebersihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumahnya kelihatan rapi, bersih dan teratur, dan suami serta anak-anaknya sangat menghargainya. cuma ada satu masalah. Ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau permaidani di rumahnya kotor. Dia terus meledak dan marah berpanjangan hanya gara-gara melihat jejak kasut di atas permaidani, dan suasana ini akan berlangsung seharian. Padahal dengan empat anak laki-laki di rumah hal ini mudah sekali terjadi. Atas saranan keluarganya, ia pergi menemui seorang psikologi bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum dan berkata kepada si ibu, “Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan.” Ibu itu kemudian menutup matanya.

Virginia Satir
Bayangkan rumah ibu yang rapi dan permaidani ibu yang bersih mengembang, tidak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia nampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan; “Itu ertinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tidak ada suami, tidak ada anak-anak, tidak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi.” Seketika muka ibu itu berubah, senyumnya langsung menghilang, nafasnya teresak-esak. Perasaannya terguncang. Fikirannya terus cemas membayangkan apa yang sedang terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali permaidani itu, ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di sana, ertinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu.” Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.

"Sekarang bukalah mata ibu." Ibu itu membuka matanya. "Bagaimana, apakah permaidani kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “saya faham maksud anda,” ujar sang ibu. “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang nampak negatif dapat dilihat secara positif.” Sejak saat itu, sang ibu tidak pernah lagi mengeluh soal permaidaninya yang kotor, kerana setiap kali melihat jejak sepatu di sana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya ada di rumah. Kisah di atas adalah kisah nyata.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :
Saya BERSYUKUR Untuk isteri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mee instant, kerana itu ertinya dia bersama kita bukan dengan orang lain.

Saya BERSYUKUR Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, kerana itu ertinya dia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat-tempat tidak senonoh.

Saya BERSYUKUR Untuk anak-anak yang kecoh dan ribut mengeluh tentang banyak hal, kerana itu ertinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.

Saya BERSYUKUR Untuk pakaian yang mulai kesempitan, kerana itu ertinya saya cukup makan.

Saya BERSYUKUR Untuk rasa lelah dan penat di penghujung hari, kerana itu ertinya saya masih mampu bekerja keras.

Saya BERSYUKUR Untuk semua kritik yang saya dengar, kerana itu ertinya masih ada kebebasan berpendapat.

Saya BERSYUKUR Untuk bunyi alarm yang kuat pukul 5 pagi yang membangunkan saya, kerana itu ertinya saya masih boleh terbangun, masih hidup.

You can close the windows and darken your room, and you can open the windows and let light in. It is a matter of choice. Your mind is your room. Do you darken it or do you fill it with light?

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...